Wednesday, January 30, 2008

Hari ke-4: Balik ke Purwokerto NAIK TURUN GUNUNG (LAGI!) DIBONCENG MOTOR

Himbauan: Lebih asyik baca urut lho. Kalau belum baca yang sebelumnya, scroll down dulu ke artikel “Hari ke-3: Magelang LOSARI COFFEE PLANTATION”

Minggu, 27 Januari 2008. Matahari pagi masuk mengetuk pintu kaca. Hangat sampai ke tempat tidur. Artinya kesiangan bangun nih choy! Tanpa mandi kami jalan2 di seputar plantation dengan tour guide Mbak Ita. Masuk ke vila2 baru, ngerendem kaki di private swimming poolnya Bella Vista, ngobrol di warung kopi. Pulangnya dioleh2in cawan batok kelapa, beberapa kantong biji kopi, bubuk kopi, sampai gula aren hasil produksi Losari. Ciamik tenan!

Pagi ini harus check out. On the way ke reception area, kami mampir ke gallery terus ke kantor Gabriella Teggia untuk pamit. Bule Italia ini memang jempolan. Kok ya bisa2nya nemuin coffee plantation and bernasib baik bisa memilikinya sejak tahun 1991. Mungkin darahnya memang di bisnis resort kali ya. Sebelumnya Gabriella juga membangun Amandari Resort di Ubud, Bali. Umurnya udah 60+ lho...tapi spiritnya luar biasa. Aku kagum dengan upayanya dalam merangkul komunitas sekitar plantation, memberikan training dan mempekerjakan mereka. Well...pelajaran dari sini adalah. Kalau mimpi jangan tanggung, neng!

Kami kembali ke Puwokerto, karena sudah ditunggu teman2 ArgoWilis di markas mereka. Tujuan petualangan siang ini adalah Desa Kubangan, di lereng gunung. Liat kali gede plus kinciran air banyak. Pendakian cukup jauh, terjal dan berbatu2, akhirnya kami memutuskan naik motor. Aku milih dibonceng Bilwan biar bisa protes minta berhenti kalau mulai ketakutan, karena nggak biasa naik motor. Jalan mendaki pula. Di samping kanan lembah pula. Ini lebih mencemaskan dibanding menghadapi klien sangar hehehe... Usaha meditasi (baca: menenangkan diri di atas motor) sia-sia karena jalan ngronjalan. Beberapa kali minta turun karena selain batu2nya besar jalannya juga becek. Daripada jatuh di atas kubangan tanah, mending jalan dah hahaha...

Motor cuma bisa sampai sebelum jembatan. Habis itu harus nyebrang kali di atas jembatan batang pohon. Sama hebohnya. Karena melihat aku takut, teman2 Argo Wilis datang jailnya. Mereka sengaja menggoyang2 jembatan kayu saat aku di tengah2 kali. Gokil nih! Spontan dong teriakan keluar buat membuang stres. Gantian mereka yang kaget mendengar teriakan ku yang maha lantang itu hahaha...emang enak!

Sampai ujung jembatan kami disambut jalan mendaki berbatu dan terjal. Dengan sisa2 napas aku teruskan perjuangan. Sampai akhirnya tiba di perkampungan penduduk, disambut suara sapi dan kambing di kandang masing2. Mungkin mereka ngasih semangat aku ya... “Don't give up, Chris!!! Something great awaits you up there! Gitu kali arti “moooo” dan “mbeeek” mereka. Dengan pemahaman semangat itu aku maju terus. Sampai akhirnya here I am... aku paling belakangan sampai ditemani Kolihin (kalau nggak salah dengar dia nyebut nama). Mereka yang sudah sampai tampaknya asyik main air di aliran sungai yang deras itu. Aku disambut dengan tatapan bangga (GR nih). Ikutan copot sepatu and main air, sambil lihat pemandangan. Asyeeek!

Hari mulai gelap. Mesti turun lagi. Lewat jembatan kayu lagi. Diisengin teman2 ArgoWilis lagi. Naik motor lagi. Heboh lagi!!! Naik motor turun ternyata perlu nyali ganda. Sekali2 motor ngesot ato jig-jag menghindari batu. Jantungku ikut jig-jag, tapi untung nggak ikut ngesot. Turunan cukup curam dan Bilwan rajin ngerem. Aku teriak2 heboh. Tiba2 motor berhenti dan Bilwan bilang: “Mau nyupir loe?” Aku kaget and geli banget...tanpa sadar aku melorot ke depan dan membuat tubuh Bilwan ikut melorot sampai ke stang. Kami ngakak nggak karuan. Swer...aku nggak tau tata krama naik motor mesti gimana saat menghadapi turunan curam kayak gitu dan nggak bermaksud take over kerjaan bilwan nyupir motor. Jangan tersinggung gitu dong, Brur! I trust you kok!

Perjalanan hari ini selesai. Sampai sekarang aku nggak bisa menahan tawa kalau ingat kejadian memalukan itu. Untuk perjalanan besok Bilwan memutuskan mencari 4-wheel drive karena medan lebih riskan. Aku dan Mbak Ita menginap di Batu Raden.

2 comments:

Unknown said...

hehehe... dulu aku kalau di bonceng motor juga gitu mbak. ada tips nih dari para pengendara motor, bagaimana untuk menjadi pembonceng yang baik (yg tidak membahayakan pengendara maupun pembonceng motor :-p)
1. duduk merapat pada si pengendara, merapat dalam arti yang sesungguhnya, seolah-olah kita adalah backpack mereka (kalau backpack kan nempel sama punggung tuh...)
2. biar merapatnya lebih afdol, rangkul aja pinggang si pengendara, jadi pengendara udh ngerasa klo kita jadi satu sama mrk (dan klo buat yg badannya kecil kayak aku, utk ngeyakinin pengendara bahwa aku gak ketinggalan hehhehe)
3. jangan melawan gerak motor. artinya ikutin aja si motor. tepatnya lagi ikutin arah badan si pengendara. kalo dia miring ke kiri, kita jg ikut miring ke kiri (tp jangan terlalu ke kiri, nanti malah jatuh hihii). karena si pengendara otomatis akan berusaha menyeimbangkan motor.

gitu deh mbak kira-kira. terus jangan lupa, pake ilmu ngentengin badan (hihihi bingung gak?) klo berasa mo melorot ke depan, ya badannya tahan pake kaki lah dengan berpijak pada pijakan kaki.... gitu.... :)

Chrissie, Chrisshe, Christine, Chrisna said...

Thanks buat tipsnya, Sin. Ternyata naik motor ada triknya juga ya hehehe... sebenarnya aku sudah nempel banget tuh sama BF, saking nempelnya waktu dia melorot jadi ikut melorot hahaha... Anyway...seru abiz deh. Kalau ke Purwokerto mesti cobain tuh jalan gronjalan di lereng2 gunung. Syukur2 kalau naik motornya sama doi hmmmm....