Wednesday, January 30, 2008

Hari ke-5: Purwokerto OFF-ROADER BERSALSA DI PEMATANG SAWAH

Himbauan: Lebih asyik baca urut lho. Kalau belum baca yang sebelumnya, scroll down dulu ke artikel “Hari ke-4: Balik ke Purwokerto NAIK TURUN GUNUNG (LAGI!) DIBONCENG MOTOR”

Senin, 28 Januari 2008. Pagi hari dari hotel kami menyempatkan naik ke Pancuran 7 di Kawasan batu Raden, untuk menikmati refleksi di kawasan pancuran air belerang. Pemandangannya spektakuler. Duduk menatap lembah sambil dipijat. Ruaaaar biasa. Ini adalah persiapan kami untuk tujuan berikutnya, yaitu Gunung Lurah.

Untuk ke Gunung lurah, kami dapat pinjaman jeep 4-wheel drive dari Perhutani. Jalan menuju gunung ini memang sadis. Batu2nya besar2 dan ada kelokan tajam menanjak. Di tengah jalan kayak gini Mbak Ita bisa tidur. Anak gunung emang beda! Sementara aku berusaha melenturkan badan mengikuti irama ban mobil. Kondisi jalan betul2 unpredictable! Mobil bergoncang2, kadang hampir miring. Kalah deh roller-coaster di Dufan. Off-road abeeezzz! Untung sang supir sudah biasa buka hutan hehehe... Tapi ini relatif lebih aman lah dibanding naik motor kemarin. Rodanya empat. Dan cerdas semua.

Pak Seno, Kepala LMDH di daerah itu, sudah menunggu kami. Kami turun dengan pandangan takjub karena berada di sebuah lereng dan dikelilingi pegunungan. Di tengah2 pegunungan itu dulunya adalah danau. WOW (huruf besar semua!!!) Speechless lho! Rasanya cita2 punya rumah mungil di lereng gunung hampir jadi kenyataan nih (being optimistic!). Dengan dada masih WOW, Pak Seno mengajak kami pergi ke tempat lain nggak jauh dari situ. Kami di ajak ke sawah2. Melewati pemukiman penduduk. menyeberang kali. Lepas dari situ terhampar sawah seluas mata memandang. Kami jalan di atas pematang sawah. Aku baru tau ternyata pematang sawah itu lebarnya cuma secuplik, kira2 20-25 cm dan di atasnya ada batu2 buat pijakan. Nah... disinilah adegan Salsa dimulai. Satu tangan Pak Seno tidak lepas dari tanganku, kayak pasangan Salsa gitu lah... Bukan usaha mesra lho...takut jatuh ke sawah bo!

Jalan di pematang betul2 menyita konsentrasiku. Sedikit saja aku mencuri pandang untuk menikmati pemandangan badan mulai hilang keseimbangan dan cengkeraman tanganku pasti makin keras. Mungkin dalam hati Pak Seno mbatin ya... aduh...ini cewek Jakarta jalan di pematang repot amat. Gimana jalan di atas rambut dibelah tujuh??!! Jangan cemas pak. Nanti saya akan nawar minta dibelah dua aja. Tujuh ketipisan.

Puas memandangi gunung dari tengah sawah, kami berjalan ke arah rumah Pak Seno. Jalan yang diambil berputar agar ada variasi. Terdengar gemericik air. Kami sudah dekat kali. Di situ ada deretan kincir. Kami nggak bisa berlama2 di sana karena mulai gerimis. Setengah berlari kami mencapai rumah Pak Seno, untuk makan siang di rumahnya. Sambalnya bikinan bu Seno enak lho, mirip bikinan ibuku.

Inilah akhir dari petualangan kami. Well... aku merasakan ini sebagai petualangan. Padahal sebetulnya adalah business trip huahaha... Pulang dari sini Pe-eRnya segudang. Meeting... meeting... dan meeting lagi... mungkin itu memang takdir yang harus dijalani, untuk sebuah mimpi bisa menatap lembah setiap hari (ceileeee!). Anyway, I love you, love! You are great! You brought me to these fantastic places.

PS. Thanks to Bilwan, Mbak Ita, Miki, Santo, Pak Broto, teman2 ArgoWilis, dan teman2 lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu apalagi dua berdua.


Special thanks to my sister, Ita, who I believe always accompanies me from heaven (hidup gue masih caur nih, Nick!).

Also to my dad who kept on calling me and sending me SMSes, asking where I was (bokap suka lupa kalau aku sudah bukan anak2 lagi, bukan pula remaja hahaha...).


God Bless you all!

Hari ke-4: Balik ke Purwokerto NAIK TURUN GUNUNG (LAGI!) DIBONCENG MOTOR

Himbauan: Lebih asyik baca urut lho. Kalau belum baca yang sebelumnya, scroll down dulu ke artikel “Hari ke-3: Magelang LOSARI COFFEE PLANTATION”

Minggu, 27 Januari 2008. Matahari pagi masuk mengetuk pintu kaca. Hangat sampai ke tempat tidur. Artinya kesiangan bangun nih choy! Tanpa mandi kami jalan2 di seputar plantation dengan tour guide Mbak Ita. Masuk ke vila2 baru, ngerendem kaki di private swimming poolnya Bella Vista, ngobrol di warung kopi. Pulangnya dioleh2in cawan batok kelapa, beberapa kantong biji kopi, bubuk kopi, sampai gula aren hasil produksi Losari. Ciamik tenan!

Pagi ini harus check out. On the way ke reception area, kami mampir ke gallery terus ke kantor Gabriella Teggia untuk pamit. Bule Italia ini memang jempolan. Kok ya bisa2nya nemuin coffee plantation and bernasib baik bisa memilikinya sejak tahun 1991. Mungkin darahnya memang di bisnis resort kali ya. Sebelumnya Gabriella juga membangun Amandari Resort di Ubud, Bali. Umurnya udah 60+ lho...tapi spiritnya luar biasa. Aku kagum dengan upayanya dalam merangkul komunitas sekitar plantation, memberikan training dan mempekerjakan mereka. Well...pelajaran dari sini adalah. Kalau mimpi jangan tanggung, neng!

Kami kembali ke Puwokerto, karena sudah ditunggu teman2 ArgoWilis di markas mereka. Tujuan petualangan siang ini adalah Desa Kubangan, di lereng gunung. Liat kali gede plus kinciran air banyak. Pendakian cukup jauh, terjal dan berbatu2, akhirnya kami memutuskan naik motor. Aku milih dibonceng Bilwan biar bisa protes minta berhenti kalau mulai ketakutan, karena nggak biasa naik motor. Jalan mendaki pula. Di samping kanan lembah pula. Ini lebih mencemaskan dibanding menghadapi klien sangar hehehe... Usaha meditasi (baca: menenangkan diri di atas motor) sia-sia karena jalan ngronjalan. Beberapa kali minta turun karena selain batu2nya besar jalannya juga becek. Daripada jatuh di atas kubangan tanah, mending jalan dah hahaha...

Motor cuma bisa sampai sebelum jembatan. Habis itu harus nyebrang kali di atas jembatan batang pohon. Sama hebohnya. Karena melihat aku takut, teman2 Argo Wilis datang jailnya. Mereka sengaja menggoyang2 jembatan kayu saat aku di tengah2 kali. Gokil nih! Spontan dong teriakan keluar buat membuang stres. Gantian mereka yang kaget mendengar teriakan ku yang maha lantang itu hahaha...emang enak!

Sampai ujung jembatan kami disambut jalan mendaki berbatu dan terjal. Dengan sisa2 napas aku teruskan perjuangan. Sampai akhirnya tiba di perkampungan penduduk, disambut suara sapi dan kambing di kandang masing2. Mungkin mereka ngasih semangat aku ya... “Don't give up, Chris!!! Something great awaits you up there! Gitu kali arti “moooo” dan “mbeeek” mereka. Dengan pemahaman semangat itu aku maju terus. Sampai akhirnya here I am... aku paling belakangan sampai ditemani Kolihin (kalau nggak salah dengar dia nyebut nama). Mereka yang sudah sampai tampaknya asyik main air di aliran sungai yang deras itu. Aku disambut dengan tatapan bangga (GR nih). Ikutan copot sepatu and main air, sambil lihat pemandangan. Asyeeek!

Hari mulai gelap. Mesti turun lagi. Lewat jembatan kayu lagi. Diisengin teman2 ArgoWilis lagi. Naik motor lagi. Heboh lagi!!! Naik motor turun ternyata perlu nyali ganda. Sekali2 motor ngesot ato jig-jag menghindari batu. Jantungku ikut jig-jag, tapi untung nggak ikut ngesot. Turunan cukup curam dan Bilwan rajin ngerem. Aku teriak2 heboh. Tiba2 motor berhenti dan Bilwan bilang: “Mau nyupir loe?” Aku kaget and geli banget...tanpa sadar aku melorot ke depan dan membuat tubuh Bilwan ikut melorot sampai ke stang. Kami ngakak nggak karuan. Swer...aku nggak tau tata krama naik motor mesti gimana saat menghadapi turunan curam kayak gitu dan nggak bermaksud take over kerjaan bilwan nyupir motor. Jangan tersinggung gitu dong, Brur! I trust you kok!

Perjalanan hari ini selesai. Sampai sekarang aku nggak bisa menahan tawa kalau ingat kejadian memalukan itu. Untuk perjalanan besok Bilwan memutuskan mencari 4-wheel drive karena medan lebih riskan. Aku dan Mbak Ita menginap di Batu Raden.

Hari ke-3: Magelang LOSARI COFFEE PLANTATION

Himbauan: Lebih asyik baca urut lho. Kalau belum baca yang sebelumnya, scroll down dulu ke artikel “Hari ke-2 – Banyumas NAIK TURUN GUNUNG”

Sabtu, 26 Januari 2008. Banyak teman, banyak rejeki. Aku percaya banget ini. Teman buatku selalu mendatangkan blessing, apapun bentuknya. Kali ini aku dapat rejeki menginap di resort yang semalam ratusan dolar. Gratis. Mbak Ita, sepupunya Bilwan, juga salah satu shareholder di sana kebetulan akan ada meeting. Aku dan Bilwan kebawa deh. Dan key (istilah mereka untuk tiap vila) yang dipilihnya adalah kategori Ambar, salah satu vila yang besar, dua kamar. Cool!

Luas total plantation ini adalah 22.9 ha. Ada sekitar 32 keys (vila) di sini. Dan setiap vila beda2 desainnya. Bella Vista adalah vila paling besar. Biasanya tamu2 VVIP menginap di sini, termasuk SBY pernah juga lho bermalam. Nah, fotoku yang ada di sini adalah foto di kursi dimana SBY duduk dengan pose juga mirip begitu katanya hahaha...Vila yang aku tempati namanya Merapi 1. Semua vila dikasih nama sesuai gunung dimana vila itu menghadap. Dipikirin bo!

Kegiatan di pagi hari adalah yoga. Kami bertiga ikut kelas ini. Kali ini badan yang mesti diplintir2, setelah sebelumnya kaki nggak berhenti naik-turun gunung. Habis yoga sarapan buah, minum jus, makan kentang dan omelet. Wah sehat bener. Habis itu mandi. Mbak Ita lanjut dengan meeting, sedangkan aku dan Bilwan ikut plantation tour bareng satu kelurga dari kedutaan Jerman dan dua cewek Jakarta. Mas Hermanto, sang tour guide, cerita tentang sejarah plantation ini, mulai dari jenis kopi yang ditanam, bentuk daun pohon kopi, mitos kopi luak dan lain-lain. Ujungnya adalah proses dari biji kopi sampai jadi kopi bubuk. Kami pun "ditraktir" di warung kopi. Betul2 suasana warung kopi. Gelas kampung plus tatakan nggak nyambung. Disuguhi biji kopi yang dimakan bareng gula aren sebagai cemilan. Juga minum jamu hasil bikinan ibu warung. Emma, satu setengah tahun, si anak keluarga Jerman itu (lupa nama ortunya) dikasih jamu ternyata ketagihan dia. Batok kelapa tempat minum jamu nggak lepas dari tangannya. Tinggal dikasih kemben bakal jadi gadis jawa tuh hehehe...Lutuna ci emma!

Selesai plantation tour kami ngabur ke Magelang. Mampir ke toko batu di pinggir jalan. Aku beli cobek batu buat bikin sambal. Bilwan beli cobek batu buat asbak. Kompak bener! Lanjut ke toko oleh2. Aku beli getuk Trio dan wajik buat anak2 kantor. Bilwan beli wajik dan bakpia pathok buat istrinya. Nah, ini kurang kompak! Dalam ketidakkompakan oleh2 itu kami pulang ke Losari.

Sorenya, aku dan Mbak Ita menikmati spa yang aujubilah mahalnya dan Bilwan bengong di kamar hehehe... Eh nggak bengong deh. Ternyata dia asyik browsing2 internet. Malamnya kami dinner. Ketemu teman2 Mbak Ita yang lain. Minum segelas wine. Toast buat kesehatan. Tidur lebih nyenyak. Wong namanya habis pijet2 lha yaw!!!

Hari ke-2 – Banyumas NAIK TURUN GUNUNG

Himbauan: Lebih asyik baca urut lho. Kalau belum baca yang sebelumnya, Scroll down dulu ke artikel “Hari ke-1 – Purwokerto KANTOR GAYA LESEHAN”

Jumat, 25 Januari 2008. Setelah sarapan, kami diajak ke Hutan Pinus di Kawasan Wisata Batu Raden, bersama Pak Broto dan dua anak buahnya di Perhutani; plus Miki, temannya Bilwan dari Jakarta. Di sana kebetulan sedang ada rapat, jadi kami sempat dikenalkan ke beberapa orang lagi. Meriah deh!

Nuansa di tengah hutan itu bagus buat self healing lho. Deretan pohon dan hamparan hijau saat menatap lembah bikin kabarnya bisa mengurangi minusnya mata. Wangi hutan plus basahnya embun pagi sehat buat paru-paru dan kulit. Ideal memang kalau bisa tinggal di lereng gunung ya??? One of my dreams nih.

Masih di Kawasan Batu Raden. Kami ke Lembah Sunyi. Asli bo... sunyi banget. Sepanjang jalan cuma kedengaran gemericik air. Soothing banget deh. Batu2 alam besar dan kecil saling rukun menata diri agar terlihat begitu indah. Percikan air terjun membuat mereka terlihat solid dan bersih kehitaman. Di pinggiran ada sesajen tanpa menghadirkan kesan angker. Bagus juga kali ye... buat ngingetin pengunjung, yang konon kabarnya kebanyakan orang pacaran, agar nggak heboh di tempat secantik ini. Oh ya, sempet ketemu uler air juga lho. Dia lagi asyik lirak-lirik tampaknya. Dan sebelum dilirik, aku mempercepat langkah alias ngibrit hehehe... Dalam perjalanan keluar dari Kawasan Batu Raden, kami juga sempat melihat micro hydro berkekuatan 20.000 watt yang dipakai sebagai pembangkit listrik.

Acara dilanjutkan dengan early lunch di warteg si samping Restoran Pring Sewu. Warteg ini kami namakan Pring Satus karena so pasti jauh lebih kecil dari Pring Sewu (satus = seratus, sewu = seribu). Mungil, sederhana, bersih, enak (terutama tempe kedelai hitam goreng). Wah... boleh juga nih dilirik Pak Bondan Winarno buat Wisata Kuliner Jalan Sutranya. Hebat deh Bilwan kalau urusan warteg hahaha!

Habis itu kita ke kantornya Bilwan. Ngobrol2, diskusi, and siap-siap untuk ke Telaga Pucung, yang terletak di puncak bukit. Dalam per jalanan ke sana, masih di dalam kota kami menemukan Soto Sokaraja Jalan Bank yang ngetop itu (kalau nggak salah sudah masuk ke acara kulinernya Pak Bondan di Trans TV nih). Menurutku soto ini enak dan aneh. Anehnya? Soto kok pakai sambel kacang. Enaknya? Silakan dirasakan sendiri ya...

Telaga Pucung jadi awal perjalanan di wilayah Banyumas. Maksudnya, jalaaaan terus (literal nih, jalan pakai kaki). Naik-turun lereng gunung. Jauh, capek... tapi sehat. Belum pernah aku keringetan sampai kaos basah begitu. Bisa diperes tuh. Lihat apa di atas? Ya lihat Telaga di dada gunung. Telaga dengan pemandangan lereng, telaga dengan pemandangan hamparan dinding gunung. Pemandangan langka buatku. Di sini sedang ada pembangunan vila. Menurutku desainnya nggak banget deh. Nggak menyatu dengan lingkungannya. Kami diberi penjelasan oleh (mungkin) project leadernya dan kami hanya manggut2, nggak enak mau komentar. Tapi dasar perempuan, sebelum pulang Mbak Ita nggak tahan untuk protes kursi taman dari beton yang nggak pas letaknnya dan kurang ergonomis, dan aku nyentil soal pekerja yang membuang cat di aliran sungai. Ditraining dong Pak!

Tujuan berikutnya? Curug Cipendok, air terjun setinggi 92 meter. Bolak-balik ada kali satu jam jalan. Yang aku inget nggak karu2an deh naik-turunnya. Bikin detak jantung kuenceng and lutut rasanya mau copot. Buat aku ini sudah pencapaian yang luar biasa. Harusnya bawa bendera bertuliskan “chris maryanto” atau “[ki:] Group kalau perusahaan mau nebeng hahaha... ya kayak para pendaki gunung itu lho, sampai di atas ditancepin. Weleh...weleh... heboh amat! Sementara Mbak Ita heboh sama kamera SLRnya dan masih bisa hahahihi. Lha buat dia nggak sebanding lah yaw dengan Himalaya yang berhari2 didakinya. Tuhan memang adil dan tahu betul kekuatanku. Aku cuma disuruh mendaki lereng2 gunung aja.

Next destination?
Hutan di pinggir jalan raya Purwokerto - Semarang, berseberangan dengan Kali Serayu. Mampir sebentar di sana untuk lihat nursery pohon damar dan lain2 dan menikmati kali Serayu nan indah dengan jembatan kereta api puanjang banget. Lanjut ke Gunung Selok di daerah Cilacap. Naik Gunung juga. Tapi lebih manusiawi. Bisa naik mobil sampai puncaknya. Kami berhenti di puncak gunung, dimana Padepokan Agung Sanghyang Jati berdiri. Saat membuka pintu mobil, suara puji2an atau matra Budha seolah menyambut kami. So peaceful. Kami melewati beberapa tempat lokasi berdoa atau bermeditasi. Kami berpapasan dengan Bikkhu Dhamma Tejo tepat di tempat doa dengan pusat energi yang paling bagus yang mereka sebut dengan Kaki Langit. Di sini pula, pak Broto, Bilwan, dan Santo (driver) melakukan sholat. Pemandangan langka simbol kerukunan antar umat beragama. Moslem sholat di Wihara, dipotret oleh seorang Katholik (aku).

Dari sepanjang tempat doa di atas gunung ini kami bisa menikmati hamparan pasir dan air di laut. Pikiran ploooong. Kami ngobrol dengan Bante Dhamma Tejo, dijamu kopi dan buah-buahan. Eit... karena denger gosip Bante bisa lihat aura, aku dan Mbak Ita nggak mau hilang kesempatan minta dilihat juga lho... “Auranya bagus,” kata Bante. Gimana nggak bagus, lha wong baru pulang Tapa Brata je, tujuh hari enam malam kerjanya meditasi melulu hehehe...

Kami turun gunung saat sunset. Kueren banget. Meninggalkan wilayah Banyumas untuk ke arah Magelang. Makan malam di Ayam Goreng Bu Mansyur, di depan alun2 Banjar Negara. Dari situ lanjut ke arah Magelang, tepatnya ke Losari Coffee Plantation. Pengalaman hari ke-3 yang beda.

Hari ke-1 – Purwokerto KANTOR GAYA LESEHAN

Kamis, 24 Januari 2008, Stasiun gambir 17.45. Akhirnya aku naik kereta lagi. Ternyata aku ke Purwokerto lagi. Dan travel mateku adalah mbak Ita – team leader Tujuh perempuan Indonesia Pendaki Himalaya. Isn't that great? Sebelumnya aku ketemu mbak yang satu ini untuk urusan kantor. Sesekali kami ketemu di tempat meditasi. Obrolan ngalor-ngidul dan sharing soal hidup dan kehidupan mengalir di atas rel kereta membuat perjalanan lima jam jadi nggak terasa.

Memang nggak nyangka banget kalau aku akan kembali lagi ke kota ini. Tahun lalu aku ke sini untuk menghadiri pernikahan sepupu. Nggak pernah kepikir akan balik lagi karena memang simply nggak punya alasan untuk balik. Sekarang aku sudah nemu alasannya. Pertama, karena beberapa kali ditelpon Bilwan (partner di kantor), yang lagi heboh melakukan eksperimen di sana; kedua, karena juga sudah lama banget nggak ketemu dia, jadi itung2 nengokin dia; ketiga, dia ingin sharing potensi bisnis yang bisa dilakukan bareng; keempat, aku lagi jenuh juga di Jakarta. Obviously I have more than enough reasons to go.

Mendekati jam 11 malam kami tiba di Purwokerto, transit sebentar di kantor Bilwan di Jl. Kober, untuk melihat2 kantornya. Mungil nan lucu. Nggak ada meja dan kursi kantoran. Yang ada bangku kecil untuk meletakkan monitor (fat and slim) dan bantal untuk menempelkan pantat. Kantor gaya lesehan! Dari tempat mungil ini semua yang bekerja di sana bisa berkomunikasi dengan dunia lewat internet karena jaringan ITnya canggih cing! Dan... mereka juga membantu membuatkan fasilitas yang sama untuk ArgoWilis, Komunitas Pemuda di Desa Sokawera. Jadi siapapun di desa itu yang mau belajar komputer dan melihat dunia lebih luas dari desanya bisa memanfaatkan network itu. Kueren!

Nah, sekarang urusan belakang nih alias kamar mandi garis miring toilet. Buat aku ini tempat paling menentukan apakah aku suka atau tidak suka, betah atau tidak betah di suatu tempat...klenik banget deh hehehe... Kamar mandinya keren lho... ada dua pula. Yang satu pakai shower dan wastafel (belum dipasang) dan yang satu lagi hanya kloset putih. Desain alami, dengan batu2an. Lantai di bawah shower adalah batu2, jadi waktu mandi sekalian bisa refleksi katanya hehehe... Akur nih, kecerewetanku soal kamar mandi didengerin. Siiiip!

Tengah malam, kami menutup hari dengan minum skoteng dan diantar ke hotel untuk istirahat untuk melanjutkan perjalanan hari ke-2.

Sunday, January 20, 2008

Sahabat

Berteman boleh dengan siapa saja. Tapi bersahabat harus pilih-pilih. Boleh dong?! Aku memilih sahabat-sahabatku dan mereka memilih aku sebagai sahabat. Klop kan? Inilah yang terjadi dengan kami berempat. Ochi, Santi, Nani dan aku. Bagaimana kami saling memilih? Panjang ceritanya.

Dengan Ochi, aku pernah melakukan beberapa perjalanan. Yang paling berkesan adalah perjalanan overseas. Overland pula, Singapore – Chiang Mai. Backpacker pula. Tanpa plan yang jelas. Tanpa bawa uang banyak... lha wong kami saat itu baru lepas usia kepala dua and baru kerja di tahun2 pertama kok, so pasti nggak punya banyak tabungan... tapi punya segudang nyali. Rute pertama, Jakarta - Batam. Garuda business class. Ini kasusnya kepepet lho, karena tiket ekonomi habis padahal sudah ambil cuti. Muter2 di Batam, trus ke Singapore. Nginep di apartemennya Yoko, jurnalis Jepang temennya Ochi. Nggak sengaja di Singapore ketemu terminal. Nah... di sinilah petualangan dimulai. Kami memutuskan untuk tidak berleha2 di Singapore. Dengan modal peta, kami ingin overland sampai dimana kami mesti berhenti entah karena waktu cuti sudah habis atau uang sudah sekarat. Mana yang paling dulu aja. Untuk menghemat, tiap malam kami tidur di bus. Kami atur bagaimana caranya tiap malam kami selalu dalam perjalanan dari satu negara/kota ke negara/kota lain. Sampai di negara atau kota tujuan mencari taksi untuk ke hotel berbintang lima bo! Mau check in? Boro2 deh. Numpang cuci muka dan bersih2 doank kok. Biar gembel kami hygienic. Juga praktis. Saat mau city explore, kadang sewa taxi, charter mobil, atau ikut city tour dari hotel. Kalau yang begini jangan ngirit! Ngobrol dengan supir atau dengerin tour guide bisa lebih mahal nilainya dibanding ongkos sewa mobil atau argo taxi seharian keliling kota atau ongkos ikut tour.

Sepanjang jalan kami menikmati petualangan dengan penuh hahahihi karena banyak kejadian yang menggelikan bikin otot mulut, otot mata dan otot perut kontraksi terus. Pernah disemprit peluit polisi di terminal karena nggak tau lagu Raja Thailand lagi dikumandangkan di seantero negeri dan kami harus ikut berdiri seperti semua orang di sana (Lha...mana kami tau itu lagu raja. Kirain lagu dangdut, soalnya kalau di terminal di Indonesia kan biasanya lagu dangdut. Maap. Terpaksa deh kaki yang lagi asyik diongkang2 harus ikut tegak). Ada lagi yang kocak. Mau beli tiket bus di Chiang Mai repotnya minta ampun. Masalahnya cuma mau konfirmasi apakah tiket sudah termasuk makan malam? Dari mulai pakai bahasa Inggris yang baku, Inggris jalanan, akhirnya kesel pakai bahasa Jawa. Tetep nggak beres tuh masalah. Akhirnya tiket di tangan. Bener deh, tiketnya tanpa makan malam. Cilaka, padahal uang udah cekak dan campur2 mata uang tiga negara. Akhirnya waktu bayar makan, dompet coin aku tuang di atas meja dan kami biarkan encik2 di restoran ngambil uang sebanyak yang kami harus bayar. Biar gembel kami nggak itungan hahaha. Kejadian lain lagi, ke pasar malem and nawar baju pakai kalkulator. Lha wong nggak bisa ngomong bahasa lokal je!!!

Kami sibuk mentertawakan diri sendiri dan mengajak orang untuk tertawa bareng lewat keluguan kami. Tepatnya kenekadan kami. Thank God. Tiap kali kami keder selalu saja ada yang membantu. Mungkin tanpa sadar kami menyebarkan energi positip. Ceile! Tiap malam kami membaca peta, bikin rute perjalanan. Saat di Bangkok karena belum tau mau tidur dimana, aku nekad mengajak Ochi untuk ke Embassy Indonesia, untuk tanya kali2 seniorku di kampus dulu, VinVin, masih ada di sana. Dan hidup selalu penuh kejutan! Sang petugas langsung menelepon ke apartemen VinVin, dan senior yang baik ini menjemput kami dan mengajak kami menginap. Pucuk dicinta ulam tiba! Besoknya diantar jalan-jalan pula. Life is beautiful, isn't it?

Dengan Santi. Dia juga seniorku di kampus, satu tahun di atasku; adik kelas VinVin. Kami ke Toraja saat itu. Ini perjalanan yang aman karena kakaknya Santi, Mbak Endang dan Mas Yong selalu mengawal kami dengan fasilitas hahaha... Aku senang karena bisa ke Katakesu; masuk ke Liang, goa tempat penduduk Toraja dimakamkan; ikut Mabadong, tarian sebelum acara pemakaman, dll. Aku sempat disangka turis Jepang lho karena tampangku dulu pale banget. And Santi disangka tour guidenya, karena ia gadis Toraja asli yang hitam manis ckckck... Aku masih ingat raut mukanya yang jengkel karena kasus ini.

Satu kenangan yang paling berkesan buatku adalah waktu balik lagi ke Liang buat beli boneka Toraja. Aku yang nyupirnya masih belepotan, nekad nyupir sendiri ditemani Santi. Di kiri jurang, di kanan gunung. Papasan dengan mobil dari depan pula. Gubrak!!! Jantung sempet ciut juga lho! Tapi siapa yang lebih nekad hayo? Yang ngasih mobil bukan??!! Thanks Mas Yong. Berkat kepercayaanmu nyali jadi makin berkobar. Prinsipnya satu. Asal niatnya baik pasti tujuan tercapai. Ya nggak?

Dengan Nani. Ini terbilang unik. Dia adik kandung Endang, juga seniorku di kampus, seangkatan Santi. Aku belum pernah senasib dalam perjalanan jauh dengan Nani. Paling benter ke Bandung doang. Itu juga cuma sekali. Perlu dicaritau nih, kenapa bisa bersahabat dengan cewek borju ini hehehe... Yang jelas, dia selalu menyediakan rumahnya buat pelarian kalau aku takut sendirian di rumah. Aku geli kalau ingat aku terpaksa tinggal di apartemen delapan bulan karena rumah harus direnovasi. Ada kejadian orang bunuh diri loncat dari tower sebelah. Seminggu lebih aku nggak mau tidur di apartemen and ngacir ke rumah Nani. Well... sudahlah aku memang nggak suka apartemen, ditambah kejadian itu. Lengkap deh sebelnya! Yang seru lagi, waktu aku “ngidam” soto mie, Nani bela-belain pulang kantor nemenin aku makan soto mie di Spicy Garden. Tapi teuteup... kalau sama dia ujung2nya shopping bo! Soto Mie cuma dua puluh ribu perak, gesek2 kartu kredit di Sogo meriah banget hahaha.... Maklum Sale sale sale...

Apa yang mengikat kami berempat? Tak lain dan tak bukan adalah karena diantara kami ada ikrar kemerdekaan yang tidak tertulis. Nggak pernah tahu malu, alias nggak malu ngetawain diri, nggak malu ngetawain hidup kami. Life is a joke! Kalau kata Sark, dalam bukunya "Succulent Wild Women" bisalah kami memenuhi definisinya sebagai woman at any age who feels free to fully express herself in every dimension of her life. Begitulah kami memandang hidup. Gile bener! Ada jejak dalam diriku yang ditinggalkan oleh Sark dari bukunya "Succulent Wild Woman" dan "The Bodacious Book of Succulence", yang aku baca lebih dari sepuluh tahun silam. Fantastic!

Nuansa Life is a joke muncul lagi setelah sekian tahun nggak saling ketemu dalam formasi lengkap, empat orang. Maklumlah, kami sempat tercerai-berai saat masing-masing mengejar impian, tepatnya menjalani takdir hehehe... Nani sekolah lagi di London, dan Santi ke Melbourne. Ochi dan aku walau tetap di Jakarta sibuknya minta ampun. Maklum sekarang kami sudah nggak dianggep anak bawang lagi di kantor. Umur udah meriah bo!

Sabtu lalu, 19 Januari 2008, kami berkumpul lagi. Lunch di Sushi Tei untuk ultahnya Santi and Nani (dua2nya tanggal 17 Januari euy). Kekacauan terjadi lagi. Nani iseng nyelipin tissue instead of tips di dompet bill, gara2 kesel dengan service yang lemot. Pantesan waktu aku mau ngeluarin uang buat tips semua pada angot. Ternyata ada plan jahil tersembunyi. Well...I was ok nggak ngasih tips, wong di situ sudah ada dan jumlahnya cukup besar karena kami kalap memesan makanan plus comat-comot sendiri dari meja bar karena perut nggak sabar menunggu hahaha... Habis makan, kami nonton film ditraktir Ochi. Tengkiyu Chay! Ngopi plus updating kehidupan masing2, termasuk masalah asmara tentunya... you know... girls! Kesimpulannya? Kita sama2 punya idola pria seperti Denzel Washington dalam “American Gangster”. He is obviously cool! Russell Crowe nggak dilirik2 lho...

Rebutan makanan, ngomentarin film ngalor-ngidul, saling ejek, nonsense talking, itu selalu jadi bumbu diantara kami (yang serius biar aja stay as office business!). Semua kayak dulu lagi. Kayak muda lagi. Bahkan kayak anak kecil lagi. Love among kids is so pure. No doubt! "Choose innocence," kata Sark. Satu2nya yang bikin kami sadar kalau kami bukan anak kecil ada di saat2 terakhir dimana kami harus mampir ke Hero untuk belanja keperluan di rumah. Jadi kayak emak2 kalau udah gini!

Jam menunjukkan Pk. 10 malam. Perpisahan harus terjadi. Di tas kami masing2 ada celana panjang putih. Sama merek. Sama model. Yang akan kami pakai kalau ketemu berempat lagi, di acara “Ladies in white!” Belum tau kapan. Edun kan? Kayak jaman SMA lagi!!!

Aku keluar Pondok Indah Mall dan membayar tiket parkir. Aku tanya: “Berapa mas?” Dan si mas menjawab “Dua puluh ribu rupiah, bu.” Wow... kami menghabiskan waktu sekitar 10 jam di PIM??? Love speaks!

Friday, January 4, 2008

Petit Shifa 4 - Post office around the town

On Monday I went to the post office
When I was there the post office had gone!
So I went back to my house.
?Dad the post office has gone!?
I said
?OH my God!?
Said dad

?Be patient dad! Maybe I was wrong way?
I said
?Okay, now you have to check the way again?
Said dad
Now I am going to the post office again with another way
?But the post office still gone?
I said

?Dad the post office still gone?
I said
?OH my God?
Said dad
?But I have to send that to my friend?
Said dad
?How about you tell me which way I have to go?
I said
?Yes good idea?
Said dad

Tin-tin
?Look dad post office around the town!?
I said
?Yes post office with a car?
Said dad
Dad ran to the post office car
And dad sent the mail to his friend.

Petit Shifa 3 - We are different!

Why we are different?
We are different because???
Most people have different eyes
Like me and my friends.
My friends have blue eyes
But I have black eyes

Most people like fishing
Like me, I like fishing
But some people don?t like fishing.
Ooh Poor??.. fishing was good.
The water was cold
And we can eat the fish!
But some people don?t like cold water

What color is your hair?
My hair is black
Maybe your hair is yellow or red or blue or green.
Somebody colored their hair
I don?t want and I don?t like that
do you want to color your hair?

I like swimming.
Maybe you like swimming too
Like me
Maybe we are the same!
Maybe you like cold water too!

kununurra
5th October 2007

Petit Shifa 2 - Go fishing at the sea!

bude, this is my second story
i make a story again but not finished yet
the third story is about we are different!
if i were finish i will send that to you
open my e -mail okay!.....


Josh and his dad want to go fishing.
Mom, I want to go fishing with daddy.
said Josh.
You are too little to go fishing.
said his mom.
No I am not too little to go fishing.
Bye mommy, bye Josh

Josh?s dad doesn?t get a fish
Josh not tired but his dad is so tired
Josh doesn?t want to go home
Josh can see so many fish
Look at this dad so many fish in here!!!!!!!
Came on catch them dad!!!!!!!
said Josh
Dad, now we got fish dad
said Josh.

Dad I like fishing!!!!!
Yes fishing was fun
said dad
Dad can we go fishing again?
Yes but not tomorrow
said dad
Why? I want to go fishing again tomorrow

Josh and his dad and the fish go back to the house.
Hi mom I?m not too little to go fishing
Look mom I got a fish!!!!!
Ok. We can cook that now
said mom
Ok mommy I will help you to cook that for us