Saturday, June 16, 2007

One fine week

This week I was occupied with various stuff: office, family, etc. I couldn't manage to post any writing except this short lines. This is a 'One Fine Week' to me. Hopefully somebody is waiting to dance with me as a 'One Fine Day' movie ends with Michelle Pfeiffer and George Clooney dancing in Seattle (as far as I remember). Bet on it!

Happy weekend to all of you. I am spending this weekend with my family (excluding Anton's) and relatives somewhere in Purwokerto on my cousin's wedding. I will let you know in what way this occasion inspires me.

Saturday, June 9, 2007

What your voice can do to you

I feel great to experience that every Wednesday I’ll meet those who like to make friends through singing. The idea of singing came across on my mind as a part of my efforts to make my life colorful. At first I tried to call a singing teacher to come to my house to teach me. But then I realized that how good the teacher is, she can’t make my voice like Whitney Houston hahaha... Finally, instead of doing so I offered a choir class to anybody in my office. Sixteen people bought the idea. That’s enough to be a choir according to Ibu Utri, the singing teacher. And here we go...

First session has just gone last Wednesday. It was extremely funny (in literal meaning). Apparently, most of us didn’t have the exposure of singing class before, only three of us get used in choir. Even worse, some of us forgot the notes we learned at Primary School. We kept on laughing seeing the facts and foolish act. We were just like innocent children who want to try something new. That’s the challenge. We kept on laughing at each other mistakes. The fun was ours! It is! and It will always!

The first song to learn picked by Ibu Utri was “Love Changes Everything” by Andrew Lyod Webber. This is one of my favorite love songs. I posted the lyric as an opening post of this blog (please scroll down if you like to). We plan to have a karaoke session on the fourth week of the month. Yihaaa...we'll have karaoke clubbing soon.

The class dismissed with 30 minutes extension. Thank God for the generous teacher you sent to us, for letting her to be carried away with our enthusiasm.

Through choir... we listen to our friends' voice, we share our voice in balance with theirs. Choir teaches us to partake in creating harmony. Friendship.

Wednesday, June 6, 2007

Zhang Da... a survivor. A gentleman of life.

Kids by nature are amazing. Zhang Da, currently eleven years old, is superb. Read this uneditted article taken from mailing list of MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia, written by Xing Shan_Shan and posted on Tuesday, 25 Jul 2006 08:01:48 -0700, with its original title "Zhang Da, bocah 10 tahun dengan semangat hidup luar biasa". You may cry reading this (as I did) and you may feel very bad because you can't help as he lives far away (as I do). Let's send a prayer to God and ask His mercy for him and other thousands unfortunate kids wherever they are. May God bless you, Zhang Da.

And I thank God for giving me such a kind and heartfelt mother.

------

Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki-laki yang luar biasa, sebut saja namanya Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada Papanya, hidupnya yang pantang menyerah danmau bekerja keras, serta tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas disebut anak yang luar biasa. Saking jarangnya seorang anak yang berbuat demikian, sehingga ketika Pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat maka merekapun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan Negara yang Tinggi kepadanya. Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China.
Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah China, di Propinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara Nasional keseluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10
(sepuluh) orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.

Mengikuti kisahnya di televisi, membuat saya ingin menuliskan cerita ini untuk melihat semangatnya yang luar biasa. Bagi saya Zhang Da sangat istimewa dan luar biasa karena ia termasuk 10 orang yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar manusia. Atau lebih tepatnya ia adalah yang terbaik diantara 140 juta manusia. Tetapi jika kita melihat apa yang dilakukannya dimulai ketika ia berumur 10 tahun dan terus dia lakukan sampai sekarang (ia berumur 15 tahun), dan satu-satunya anak diantara 10 orang yang luarbiasa tersebut maka saya bisa katakan bahwa Zhang Da
yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar penduduk China.

Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari
itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum
genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan
obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung
jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.

Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya. Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan. Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.

ZhangDa Merawat Papanya yang Sakit.

Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya. Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan
membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.

Zhang Da menyuntik sendiri papanya.

Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam
hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.

Aku Mau Mama Kembali.

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, "Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu
melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!" Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, "Sebut saja, mereka bisa membantumu" Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun
menjawab, "Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama Kembalilah!" demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.

Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit, mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari
pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku Mau Mama Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.

Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati kesulitan hidup ini. Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekuatan yg istimewa untuk menjalani ujian di dunia. Sehebat apapun ujian yg dihadapi pasti ada jalan keluarnya...ditiap-tiap kesulitan ada memudahan dan Allah tidak akan menimpakan kesulitan diluar kemampuan umat-Nya. Jadi janganlah menyerah dengan keadaan, jika sekarang sedang kurang beruntung, sedang mengalami kekalahan.... bangkitlah! karena sesungguhnya kemenangan akan diberikan kepada siapa saja yg telah berusaha sekuat kemampuannya.

Friday, June 1, 2007

A Lively Salsa

Last Tuesday evening I started my Salsa Class. It was Michael the instructor. I enjoyed the class. Most of the participants are young with only three men out of six women, including me and Roziana, a Rotarian who brought me to the class. I was the newest participant.

Salsa is such a sexy dance. Or at least it makes me feel sexy. Passionately to reach harmony is the soul of the dance I think. The passion refers to the rhythm of the steps combined with the movement of the body and hands. The harmony shows on each movement of the couple that is always reciprocal. The man leads the lady. He is the one who take initiatives and his partner has to meet his goal passionately.

Carloz Paz, a Columbian who works as a professional Latin Dance Instructor in the UK, says on his video Salsa Inferno that Salsa means efficient and it’s about expressing yourself. It looks sexy because both partners have to be always in a close contact of their body and eyes. As the leader the man should give the right hint of where he wants his lady to move through his hands. The eye contact works to confirm and give the lady sort of a secure feeling that she will move the right direction her partner wants her to do.

Salsa also teaches you to be a self confident person because we have to face our partner. We are not allowed to look down. No place to be shy. It is also about trust. The lady should trust the man. Let him lead you all the way.

Talking about the music. It’s a very dynamic one. It’s a Cuban rhythm, a mix of mambo, chacha, solomentono, wanacha and boma. What a rhythm! You just steps in, move your body and hands following the rhythm.

The origin of Salsa is debatable (see www.salsa-in-cuba.com). Carloz Paz mentions it’s from West African and Cuba and then commercialized in America since 1960. Well... to me the history is less important than the fact that Salsa reflects life. Trust, confidence, communication, passion, love, and leadership are the ingredients we need in order to have a harmonious life. A perfect Salsa!